Tuesday, September 15, 2009

Al-Quran in Brunei masjid not so practical to be used?

During my umrah few months ago, i can still recall the atmosphere inside Masjid Nabawi and notice one thing in common, lots of people read the Quran. This is one of the best amal that one could do to receive Allah’s reward and one of the easiest. And yet, coming back to Brunei i just realised, you don’t see very often a person opening the big green Al-Quran and recite it within the masjid. IT’S JUST TOO BIG! that’s one problem, the other problem is that you hardly see any rehal available (for some masjid). Imagine placing the big quran on your own lap, it would be very heavy. You can see from the below picture the difference between our quran in Brunei and in Mecca/Medina.
I totally have nothing against the green version of our Quran that was probably dikurniakan by his majesty our Sultan, in fact probably it’s being used by other country as well. My concern is just the practicality. The be honest i never touch these green Quran in the masjid except when i went for my Majlis Khatam Al-Quran in my old religious school. That's it! Now whenever i wanted to do iktikaf in masjid and one of them is to recite the Quran i would bring my own average size Quran Al-Karim. I remember that one time i wanted so much to use the green Quran when i forgot to bring my own, it was hard for me to do. It's too big for me, in addition to that there's no rehal around. And so i decided to go back home and read at home.
There's a reason why people go to the Masjid you know. We need to change our mindset, especially during this blessed month of Ramadhan. I'tikaf is the key word here. The difference between reciting it at home and in Masjid is that when you read in the masjid, you will not just the receive the reward of reciting the Quran but also for your i'tikaf (with niat/niah of course because without niat/niah your i'ktikaf will not be valid). 
Again please bare in mind this is just of personal opinion and i might be wrong at some extent. Only Allah Knows Best (All glory is due to Him the Most High).





Al-Quran mostly used in most Masjid in Mekah and Medinah










Green version of Al-Quran used in most of Masjid in Brunei


So let me know what you think of this brothers and sisters. Jazakallahu khair
Out next topic
  • Bruneian perception on Tabligh
  • Al-fatihah - are we reciting it correctly?
  • IMHALAL.com the new google?
  • Close all shop every Azan?
  • 8 rakaat terawih a new trend?

12 comments:

  1. appreciate your comments brothers and sister

    ReplyDelete
  2. Assalamalaikum Wbkt , Alhamdulillah i am impress by this blog and Insyallah will bring more to learn and understand more seriously .. Masyallah . Ya Allah kami mohon Keredhaan Mu , Keampunan Mu ...

    ReplyDelete
  3. More issues please , inspiration for the youth of Brunei

    ReplyDelete
  4. Salam Hamba Allah.
    Mengenai isu Kitab Allah di negara kitani dan di luar negara yang diketengahkan, jangan lah sampai hati membuat perbandingan.
    Isi nya yang penting.
    Isu berat, besar, ringan, atu bergantung kepada nawaitu individu atu untuk membaca dan menghayati apa yang dibaca. Jangan lah pula semacam rasa inda besyukur diatas fasilitas yang disediakan.
    Seperti masjid-masjod yang tersedia Kitab Suci berupa berat atau ringan, tapi bilangan pembacanya???

    ReplyDelete
  5. Bagiku nda plg salah tu tapi the website owner he has a point. Pasalnyakan pebaiktah ada niat kan membaca quran tapi mun barat atu baiktah ku membawa quran drmh atau membaca quran drmh saja. Tapi kalau time bertadarus bepakai plg tu quran basar atu

    ReplyDelete
  6. Adangtah memperkecilkan saiz Al-Quran ani,
    Asal nawaitu atu kan membaca; berat kah, basar kah, tabal kan, nada riyal kah, payah kah, atu semua tolak tepi. Nda tia berkat mun berpikiran cematu. Awu atu tau sanang ganya tu, bak kata: tidur, bangun, makan, minum, hidup , mati. Very plain. Semua kan berkira.

    ReplyDelete
  7. Awu ehh, inda penting tu barat ringan atu, kalau kebaratan, ada jua quran damit damit kai membaca, canggih lagi masa ani, dalam mobile pun ada quran!

    Sangka baik saja kalau quran atu kana buat basar, mungkin yang membuat atu, seikhlas2 menyempurnakan quran atu sebaik baik nya sampai designnya lawa lawa be amas amas, ok!

    ReplyDelete
  8. Hehe ok then cuba ku tanya kita. When is the last time kita membaca Quran makai quran hijau di masjid? You are missing my point here. Aku sama sekali inda memperkecilkan Al-Quran astaghfirullah aladzim. Ganya kalau boleh di perbaikkan saja situasinya. Misalnya, menyediakan rehal rehal berdekatan Al-Quran atu. Something like that. Jangan saja ambil negative.

    ReplyDelete
  9. Assalamualikum ,
    Semasa saya membaca Al Quran di Medinah tahun lalu musim Haji , saya telah di berikan Rehal oleh seorg Jamaah kerana masa atu saya membaca tanpa Rehal , saya terkejut tapi Alhamdulillah sejak atu saya membaca menggunakan Rehal ... Hanya ingin berkongsi sesama biskita , Allahuakhbar

    ReplyDelete
  10. Salaam
    Kan betanya ku arah bisdurang ani, biskita membaca ayat2 suci ani tiap hari atau inda?

    Siapa inda membaca setiap hari and setiap masa, memang inda paham apa yang dikeutarakan oleh si Curious Bruneian Muslim, sekian, maaf kalau menyinggung sesiapa. wasalaam

    "Anonymous said...
    Salam Hamba Allah.
    Mengenai isu Kitab Allah di negara kitani dan di luar negara yang diketengahkan, jangan lah sampai hati membuat perbandingan.
    Isi nya yang penting.
    Isu berat, besar, ringan, atu bergantung kepada nawaitu individu atu untuk membaca dan menghayati apa yang dibaca. Jangan lah pula semacam rasa inda besyukur diatas fasilitas yang disediakan.
    Seperti masjid-masjod yang tersedia Kitab Suci berupa berat atau ringan, tapi bilangan pembacanya???

    September 25, 2009 8:22 PM "

    ReplyDelete
  11. Salam, ada baiknya jua tu quran atu basar or damit. Pelahan, maybe masa ani version basar dulu, lapas atu version yg btafsir kh, damit kh, mobile kh....n maybe kita ani suka yg damit kali bisai. kalau aku suka yg basar atu, dulu pun ku blajar quran, ustaz suruh pakai yg basar, spaya jelas n nda salah baca even tani hafal udah....alhamdulillah, tiada masalah dan dimudahkan jua.

    However, kpd sapa2 sajalah tani yg berjuang apa yg telah Nabi perjuangkan ani, jgn lah mggunakan kata2 yg kasar dan tidak sopan. masalah besar umat islam masa ani adalah masalah umat kitani nda bersatu n berpecah belah. perkara ani telah dirancang oleh musush islam. kalau tani kn bkasar2 ani, bukan kh musuh kitani tersenyum kambing tu?

    Harap2 perbincangan kitani ani diberi petunjuk...amin ya rabbal alamin.

    Wallahu a'laa wa a'lam

    ReplyDelete
  12. Salam, kerajaan sudahpun mengeluarkan Mushaf Darussalam edisi kecil. 50% lebih kecil dari yang asal. Saya memperolehinya pada September 2008. Kualitinya juga lebih baik. Tidak sabar untuk memilikinya? Datanglah ke Jabatan Percetakan Kerajaan di Lapangan Terbang Lama. Syukran!

    ReplyDelete

Daily Hadith - Supplicating for Deceased

It was narrated that Abu Hurairah said: "When An-Najashi died, the Prophet (sal Allahu alaihi wa sallam) said, 'Pray for forgiveness for him.'" [Jami At-Tirmidhi - sahih hadith]

We learn here that on being informed about someone's death with the utterance of "we belong to Allah/ inna lillah", one should also supplicate for his/her forgiveness, so that Allah (subhana wa ta'ala) may forgive us as well.